Bingung, Bingung, Bingung. mungkin itulah kata yang tepat untuk mengibaratkan kesusahan para petani desa Latukan saat ini. Panen raya semangka yang seharusnya disambut suka cita oleh para petani. Namun saat ini malah sebalikny, Hal itu disebabkan karena pada saat ini semangka sudah waktunya musim panen, akan tetapi tidak ada tengkulak (bakul) semangka yang mau membeli semangka dari petani. padahal untuk saat ini petani tidak menarget harga tinggi, yang terpenting buah semangka mereka bisa laku terjual (tidak busuk disawah).
Para tengkulak berkilah, bahwa saat ini daya jual semangka sangat rendah. dan hal itu menjadikan tengkulak tidak berani membeli buah dari petani dalam stock yang cukup banyak. oleh karena itu pada saat ini semangka yang seharusnya sudah waktunya di panen namun masih berada di tengah sawah.
Nampak pada gambar di samping, petugas dari dinas pertanian terkait melakukan tinjauan langsung ke sawah petani untuk melihat kondisi buah semangka yang ada di sawah. mereka juga prihatin dengan kondisi para petani semangka saat ini, yang dari kemarin telah susah payah menanam semangka, namun pada saat musim panen kali ini tidak ada tengkulak yang datang ke desa Latukan. Sampai-sampai para petani rela menjual semangka mereka dengan harga yang sangat murah Rp. 1.500/Kg. Hal ini terpaksa dilakukan agar buah semangka mereka segera laku terjual, dan dapat menutup hutang yang di gunakan untuk modal penanaman kemarin.
Harapan besar para petani saat ini adalah, datangnya para tengkulak dari luar daerah untuk membeli semangka mereka. Agar para petani tidak mengalami kerugian yang cukup besar.