Agenda
pemberantasan buta aksara dalam gerak kebijakan yang dilakukan pemerintah
selama ini terkendala oleh beberapa hal.
Pertama, mereka berasal dari
keluarga miskin. Kemiskinan seringkali menjadi kendala sangat praktis dalam
upaya pembelajaran masyarakat. Mereka sibuk dengan agenda setiap hari dalam
upaya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga mereka tidak sempat untuk
belajar.
Kedua, mereka berada di daerah
terpencil dan pelosok. Karena jauh dari pusat kebudayaan dan pusat peradaban,
masyarakat menganggap diri mereka sebagai sosok inferior. Menjadi masyarakat
terbelakang kemudian dipahami secara kodrati, sehingga upaya dan usaha
pemberatasan aksara tidak begitu penting..
Ketiga, paradigma berfikir yang
kalut membuat mereka tidak mempunyai motivasi belajar tinggi. Belajar sudah
tidak menjadi prioritas kerja sehari-hari mereka karena menganggap sudah
terlambat untuk belajar. Yang lebih tragis, belajar bagi mereka malah dianggap
membuang waktu saja.
Oleh karena itu, Pemerintah Desa Latukan bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat berupaya semaksimal mungkin untuk memberantas buta aksara di desa Latukan. dan Alhamdulillah untuk tahap pertama sudah berjalan dengan sukses. Meskipun belum seluruh warga desa yang buta aksara mau untuk mengikuti kegiatan tersebut, namun setidaknya tahap pertama sudah mampu mengurangi penderita buta aksara dan yang terpenting adalah menjadi contoh bagi penderita buta aksara yang lain "TIDAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK BELAJAR"
Pada akhirnya sangat besar harapan kami agar masyarakat desa Latukan pada Khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya mampu terbebas dari Buta Aksara. karena sudah menjadi tradisi, bahwa orang yang Buta Aksara menjadikan kehidupan mereka susah. dan pada gambar di atas nampak 3 murid terbaik dalam pemberantasan buta aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar